Pages

Saturday, July 14, 2012

Kisah gue dan Ex-teman sepermainan gue

     Tahun lalu gue tamat kuliah S1 pada Universitas Y di sebuah kota kecil Indonesia.  Gak nyangka banget kalo gue bisa ngabisin waktu selama 5 tahun dalam memperoleh gelar sarjana. Dengan waktu yang selama itu mungkin diolok-olok mahasiswa hukum dan ekonomi di Universitas Y. Walaupun mungkin tak ada yang bangga, tapi gue tetep bangga sama diri gue sendiri. :’)   
   Lima tahun mengalami suka duka bangku kuliah. Lima tahun berjuang bersama teman-teman seangkatan dan tentunya dengan teman-teman sepermainan gue. Ahh.. sungguh mengharukan.
     Ngomong-ngomong dengan teman sepermainan, gue punya cerita tragis dengan salah satu dari mereka. Dialah Valeria, salah satu teman sepermainan yang menurut gue deket banget (gak tau menurut dia). Yah intinya kita berdua emang deket. Gue nganggep dia sebagai sahabat. Dan menurut kamus gue, “semua sahabat adalah teman, tapi semua teman belum tentu sahabat” lo bisa pikir sendiri lah apa maksud kamus gue itu.
     Singkat cerita, akhirnya Valeria punya pacar. Dia sayaaaaaang banget ma pacarnya itu. Walau berkali-kali disakiti, tapi ia tetap memaafkan pacarnya. Aneh ya?! Itulah kata orang kalo cinta itu buta. Menurut gue itu namanya BEGO! Tapi gue tetep harus bisa memakluminya, itu nyata terjadi di sekitar gue. Bego juga gue! ==a
   Sampai suatu waktu, jauh setelah kami lulus, hal itu terjadi. Gue “digoda” (bahasa kasarnya) pacarnya via sms. Dia bilang kalo sebelum ketemu Valeria, Dia lebih dulu suka sama gue. Jelas gue gak percaya. Apa sih maksud orang ini?? Apa dia mau menghancurkan persahabatan gue ma pacarnya?? Dan waktu itu gue berpikir kalo dia cuma ngerjain gue. Tapi maksud sms-smsnya makin aneh dan mengarah ke upaya penggodaan terhadap gue. Berkali-kali dia bilang di sms kalo gue gak boleh ngasih tau ke Valeria. Kampret bener ni cowo!
      Gue dilema. Di satu sisi, gue mesti ngasih tau bejatnya  pada Valeria. Dan di sisi lain gue harus jaga amanat. Argh tapi itu amanat kotor! Mana bisa gue jaga hal kotor tersebut??
Akhirnya gue kasih tau ke salah satu sahabat gue, Paquita. Ia juga sangat dekat dengan Valeria. Dan Ia jugalah yang menjadi saksi dari kasus ini. Paquita percaya sama gue. Ia percaya kalo gue berada dalam posisi korban penggodaan. Ia menyarankan gue untuk mengabaikan amanat pacar Valeria dan kemudian memberitahukan segalanya pada Valeria.
Begitu pula kata Alfredo, sahabat gue yang lainnya. Setelah gue ceritain masalah tersebut ke Alfredo, ia juga menyarankan gue untuk memberitahukan segala kebusukan laki-laki itu ke pacarnya, Valeria.
     Oke, gue semakin terdorong untuk memberitahukan semuanya ke Valeria. Berkali-kali gue dan Paquita mengajak dia hang out untuk berbicara delapan mata (gue bermata empat) dengannya. Tapi berkali-kali juga dia menolaknya, dan sepertinya dia beri tau pacarnya. Upaya baik pun gagal. Tapi gue tetep berkeras untuk memberitahukan semuanya pada Valeria. Valeria tampak penasaran, dan akhirnya saya ceritakan segalanya via telepon. Valeria menangis, dan entah kenapa gue merasa bersalah banget.
    As expected, Valeria tetap memaafkan pacarnya. Ia benar-benar telah dibutakan oleh cinta. Dia memutuskan untuk lebih memilih pacarnya, dibanding gue sahabatnya. Pacarnya mungkin mengancamnya. Persahabatan kami hancur. Gue dituduh mau merebut pacar dia. HELOOW?? Gak salah tuh? Bukannya pacar lo yang kegatelan ma gue?? GUE GAK BAKALAN SETEGA ITU NGEREBUT PACAR SAHABAT GUE SENDIRI, dodol! Suruh pacar lo ngaca!!  
    Gue dibenci tanpa alasan yang logis. Gue di-unfriend di facebook dan di-unfollow di twitter. Se-pedas apapun kata-kata gue, mulut Valeria lebih pedas. Terkadang dia sinis banget sama gue. Beberapa tweet gue direspon negatif olehnya. Lo sinis karna hati lo udah berpenyakit kayaknya. Gue berasa artis ya gara-gara di-stalking lo, my unfollower. Wkwkwk…
    Tapi gue gak akan pernah takut dengan kesinisannya. Gue berada di posisi korban. Seenggaknya gue udah jujur ma dia, terserah dia mau menanggapinya seperti apa. Paquita adalah saksinya, dan jika masalah ini gue certain ke temen-temen sepermainan gue yang lain, gue yakin banget mereka juga akan memihak gue. Tapi sudahlah, gue memilih untuk bungkam, biarlah yang lain tau sendiri. Gue cuma kasihan sama Valeria, tapi itulah pilihan hidupnya. Semoga dia akan mendapatkan kebahagiaan dengan pilihannya tersebut. Sekarang gue memilih untuk mengabaikannya. Tanpa dia hidup gue akan terus berjalan. Lagian gue punya banyak temen dan sahabat yang jauh lebih ngehargain gue. :)
    Begitulah kisahnya, gue yakin elo-elo semua bukan Valeria. Gue juga berharap elo-elo semua akan mendapatkan pacar yang baik, bukan seperti pacarnya Valeria. Harapan gue semoga gak ada lagi kisah cinta yang dibutakan lainnya. Logika seenggaknya masih diperlukan setelah hati diracuni. 

0 comments:

Post a Comment